Bangsa Sejahtera , Generasinya Cinta Membaca


Siapa yang tidak kenal dengan kegiatan membaca. Semua orang pernah membaca, membaca selalu identik dengan huruf – huruf karena memang membaca merupakan kegiatan mengeja rangkaian huruf – huruf menjadi kata hingga menjadi sebuah kaliamat yang memiliki makna. Kegiatan membaca bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Bahan bacaannya bisa berupa pengumuman, iklan, brosur, koran, majalah, cerpen atau novel. Selain membaca dari media cetak, kita juga bisa membaca memalui media elektronik seperti internet.
Membaca merupakan kegiatan wajib siswa disetiap sekolah. Membaca adalah kegiatan mendasar dalam sistem pendidikan disetiap jenjang. Dalam semua pelajaran siswa diharapkan mampu untuk membaca dan memahami materi yang diberikan. Sehingga siswa memperoleh banyak informasi dan mampu menyelesaikan masalah.
Banyak sekali manfaat membaca jika kegiatan membaca ini sudah menjadi budaya. Tidak bisa dipungkiri dengan membaca kita akan memperoleh berbagai macam informasi. Hal ini ditunjukkan dengan slogan “Buku adalah jendela dunia”. Jendela yang ditutup tidak akan menunjukkan apapun kecuali kegelapan, maka kita perlu membaca agar dapat membuka jendela tersebut.
Mengutip dari sumber berita online, Most  Littered Nation In the World yang dilakukan oleh Central Connecticut State University, menyatakan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara. Survey lain yang dilakuakan oleh UNESCO pada tahun 2012 menemukan data  bahwa hanya 0,0001 masyarakat Indonesia yang memiliki minat baca. Data dari dalam negeri yaitu badan pusat statistik mengungkap minat baca penduduk Indonesia sangat rendah sekitar 17,58 persen dibandingkan masyarakat yang menonton televisi sekitar 91,58 persen. Di tahun 2015 Perpustakaan Nasional melakukan kajian mengenai minat baca dan hasilnya berada pada angka 25,1 atau dalam kategori rendah. Data – data di atas menunjukkan bahwa minat baca masyarakat indonesia masih sangat rendah. Krisis literasi (baca-tulis) ini akan semakin memburuk jika tidak segera diatasi. Keadaan ini yang membuat negara Indonesia tidak mampu sejajar dengan negara – negara maju seperti Jepang, Amerika Serikat, Inggris, Firlandia, Australia dan beberapa negara Eropa lainya. Ini disebabkan karena kemalasan masyarakatnya untuk menambah pengetahuan.
Kemajuan suatu negara sangat di tentukan oleh sumber daya manusianya. Sumber daya manusia paling baik adalah mereka yang memiliki budaya membaca. Oleh sebab itu budaya membaca harus ditumbuhkan sejak usia dini. Kebiasaan membaca sangat baik dibiasakan ketika memasuki usia sekolah. sekolah dasar adalah gerbang awal pendidikan formal untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas dengan membaca sebagai kebiasaannya.
Banyak faktor yang menyebabkan kurangnya budaya membaca di sekolah dasar. Pertama, kurangnya sarana dan prasarana yang memadai di lingkungan sekolah. Seperti kurang menariknya ruang perpustaan. Keindahan ruangan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi kunjungan siswa ke perpustakaan. Misalkan dengan mengadopsi tata dekorasi dengan karekter anak – anak jadi salah satu pilihan efektif untuk menarik minat baca siswa.
Kedua, koleksi buku perpustakaan. Selain ruangannya yang tidak terlalu luas, buku – buku di perpustakaan juga sama sempitnya. Perpustakaan tidak begitu memiliki variasi buku bacaan. Tak jarang pula kita jumpai buku – buku yang usang dan tidak terawat. Buku – buku itu hanya berjajar rapi dalam rak – rak panjang tanpa perhatian. Keadaan ini diperparah oleh pegawai perpustakaan dan pihak berwenang di sekolahan tidak berinovasi dalam peng-update-an bahan bacaan seiring kemajuan jaman.
Faktor ketiga yaitu pelaku kegiatan belajar mengajar yaitu guru. Guru adalah panutan kedua siswa setelah orang tua. Guru yang berkualitas membuat murid – muridnya berkualitas pula. Sebelum membiasakan siswanya untuk rajin membaca, guru patut membiasakan diri untuk rajin membaca pula. Ini adalah contoh efektif agar ditiru siswa. Selain itu guru juga perlu membuat kegiatan belajar mengajar dan memberi fasilitas yang berhubungan dengan membaca yang dikemas secara menarik, seperti kelas mendongeng.
Yang keempat adalah peran orang tua. Orang tua yang berkewajiban mendidik putra – putrinya. Sama dengan guru, orang tua yang menginginkan anaknya menjadi pandai dengan rajin membaca juga perlu menanamkan kebiasaan tersebut pada diri orang tua. Kebiasaan dan perlikaku anak merupakan cerminan dari orang tua oleh sebab itu anak cenderung mencontoh perilaku orang tuanya. Selain menyediakan contoh perilaku baik pada anak, orang tua perlu memfasilitasi anak dengan baik. Fasilitas itu seperti rumah dengan suasana  yang nyaman, waktu luang untuk menemani dan membantu anak belajar dan buku – buku penunjang yang relevan.
Faktor kelima adalah pengaruh lingkungan. Selain lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat tempat anak – anak tinggal juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan anak – anak kurang memiliki kebiasaan membaca. Faktor penyebab rendahnya minat baca anak – anak tidak hanya datang dari orang tua dan guru di sekolahan namun juga lingkungan sekitar mereka. Untuk itu seluruh lapisan masyarakat harus berpartisipasi menumbuhkan budaya membaca.
Padahal jika kita kaji lebih dalam lagi, membaca memang teramat sangat bermanfaat bagi kehidupan kita. Bukan hanya ilmu pengetahuan dan informasi yang kita dapatkan dari membaca. Ada dua manfaat spektakuler lainya dari membaca yaitu memberikan hiburan seperti novel dan cerita fiksi lainya dan memberikan pengertian seperti buku – buku parenting, ensiklopedia.
Membaca membuat kita menjadi lebih imajinatif. Buku mampu mendeskripsikan keadaan, kejadian, perasaan dan tempat secara lebih detail, ini membuat pikiran secara otomatis membayangkan dan menciptakan hal tersebut. Hal ini sangat baik jika budaya membaca dibiasakan sejak usia dini. Anak usia 7-12 tahun adalah anak dalam masa pertumbuhan. Pada masa ini anak mudah terprovokasi. Ini menjadi kesempatan orang tua untuk mempengaruhi pikiran anak dengan membiasakan membaca buku.
Anak yang yang terbiasa membaca akan jauh lebih cerdas, aktif dan kreatif. Ini terjadi karena dari membaca suatu bacaan atau cerita membuat anak memiliki daya imajinasi yang kuat. Keadaan ini juga mendorong anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi karena pada dasarnya anak - anak cenderung lebih kritis dari pada orang dewasa. Orang tua dan guru memiliki kesempatan untuk memenuhi keingintahuan mereka dengan cara lebih mudah dan tidak terikat. Cara – cara tersebut seperti mengunjungi perpustakaan atau menunjukkan bahan bacaan yang relevan dengan apa yang ingin diketahui anak.
Otak manusia dirancang dengan memiliki tiga kemampuan yaitu kemampuan berfikir/ nalar, kemampuan kreatif dan kemampuan menghafal. Anak – anak yang memiliki budaya membaca memiliki kemampuan analisis cukup bagus. Mereka mampu menentukan sikap mereka dalam menyikapi suatu masalah karena fungsi lain dari membaca adalah membuat otak anak lebih aktif dan mampu memberikan pengertian. Keadaan ini akan menghantarkan anak – anak untuk bersikap dan berfikir secara rasional. Dampaknya isu moralitas juga akan berkurang bahkan hilang.
Anak usia sekolah dasar adalah generasi emas. Maka sudah seharusnya kita didik mereka menjadi genarasi yang tangguh dan tidak mudah menyerah. Hal ini menjadi tugas kita bersama dalam mewujudkan generasi emas bangsa Indonesia.  Untuk dapat mewujudkannya pemerintah bersama jajaran masyarakat harus bertekat mengubah cara mendidik anak.
Hal pertama untuk menumbuhkan minat baca pada anak yaitu orang tua. Keluarga yang sehat akan menciptakan generasi emas yang cemerlang. Menciptakan kondisi rumah yang nyaman seperti membangun komunikasi dan interaksi yang tepat dan menarik dapat membentuk jiwa anak. Dampingi tumbuh kembang anak selama menginjak sekolah dasar, sebab anak sangat mudah terpengaruh. Peran orang tua sangat vital terhadap perkembangan anak karena orang tua adalah model dan teladan bagi anak.
Hal kedua yang paling berpengaruh dalam menumbuhkan minat baca anak yaitu sekolah. Sekolah adalah tempat anak – anak menimba ilmu dengan berbagai fasilitas, seperti guru, perpustakaan dan sarana prasarana yang menunjang pendidikan lainnya. Sayangnya sarana dan prasarana seperti perpustakaan sekolah jauh dari layak, memiliki koleksi buku yang serba terbatas dan tidak bervariasi juga ruang perpustakaan yang tidak menarik. Guru adalah panutan kedua setelah orang tua, guru adalah model dan dicontoh oleh siswa – siswa di lingkungan sekolah. Selanjutnya untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar, guru dan pihak sekolah membuat kurikulum yang relevan dengan kegiatan membaca disekolah misalnya, membuat jadwal kunjungan dan mewajibkan seluruh guru, karyawan dan siswa untuk membaca di perpustakaan. Membuat kelas mendongeng atau bercerita, melibatkan kegiatan membaca di setiap pelajaran seperti membiasakan guru dan siswa untuk membaca materi yang akan dipelajari, dan mengadakan lomba – lomba yang berhubungan dengan literasi.
Terakhir pemerintah dan lingkungan sekitar. Kesadaran masyarakat akan pentingnya membaca perlu mendapatkan perhatian. Pemerintah perlu mendirikan perpustakaan umum seperti di kelurahan. Kampanye tentang budaya membaca juga harus digalakkan.

Untuk membantu terealisasinya bangsa yang sejahtera, budaya membaca adalah pilihan paling tepat.  Kegiatan membaca yang sudah membudaya di masyarakat sangat mendorong perkembangan dan kemajuan bangsanya. hal ini tidak akan terwujud tanpa ada perubahan yang dimulai dari diri kita sendiri. 

Komentar